Selasa, 07 April 2015

30 Hari Menulis Surat Cinta #6 (Time..)

Kadang lucu, memperhatikan waktu, memperhatikan jalan setapak yang telah kita lalui.Semua cerita yang telah terajut di belakang kita. Tentang kerikil-kerikil tajam dan jalanan curam. Tentang taman-taman bunga yang bermekaran. Tentang air sungai yang mengalir di antara bebatuan.
Waktu yang membawa pada pertemuan. Sebuah awal yang biasa saja.

Takdir memang susah diterka. Kepada siapa akhirnya tumpuan akan bertaut. Siapa dia yang mau tetap menggenggam erat ketika kita nyaris terperosok. Siapa dia yang tetap merangkul kita di jalan penuh kerikil tajam. Yang tetap kokoh berjalan di sisi ketika rusuknya nyaris berdarah.
Kepada dia,kita menggantungkan sisa harapan, menggelayutkan sisa usia. Kepada dia kita percayakan mimpi akan kehidupan selanjutnya yang sederhana namun penuh tawa. Kepada dia kita percayakan semua rahasia. Hanya kepada dia.

Cinta memang sulit dipahami. Kepada siapa akhirnya ia terikat. Siapa dia yang tetap peduli meski dipaksa pergi. Siapa dia yang tetap bertahan meski dilepaskan. Siapa dia yang tetap memeluk di tengah amarah. Siapa dia yang tetap hadir, di tengah kesulitan, di tengah gelombang akbar. Siapa dia yang mengulurkan tangan ketika kita terperosok di tengah perjalanan. Kepada dia berlabuh seluruh hati. Kepada hadirnya mimpi akan hidup dan mati disandarkan. Kepada dia jiwa dan raga dipersatukan dalam keinginan mengabdi dan berbakti.

Waktu. Memperkenalkan orang asing. Mengakrabkannya. Kemudian membuat kita terbiasa dengan hadirnya.

Ketika jarak menguji. Waktu akan tersenyum. Menunggu akhir bahagia. Membuat kita belajar melepas ego yang diciptakan rindu. Merajut benang-benag kokoh sebagai pengikat janji.

Waktu membuat kita bertanya. Kemudian menjawabnya tanpa kita minta ketika kita sabar menjalaninya dengan kebenaran.