Rabu, 01 Juni 2016

Jika Kamu Pergi

Jika kamu pergi, dunia mungkin tidak akan berhenti berputar. Bumi tetap menjalankan tugasnya seperti sedia kala. Namun, bagiku dunia telah berakhir. Tidak ada lagi rimbunan kebahagiaan yang setiap hari kamu bawakan untukku. Melengkapi perjalanan panjangku.

Jika kamu pergi, matahari mungkin tidak akah berhenti bersinar. Siang tetaplah terang sebagaimana mestinya. Namun, bagiku semua akan gelap gulita dan tak terlihat apa-apa. Tak adalagi cahaya pada kedua bola mata yang begitu ku gemari warnanya.

Jika kamu pergi, waktu mungkin tidak akan berhenti berputar. Detik jam akan tetap berjalan sebagaimana biasanya. Namun, bagiku waktu tidak akan seberarti ketika kamu ada di sisiku, menemaniku seperti biasanya. Waktu akan berjalan dengan sangat lamban seolah menghukumku untuk berlama-lama menderita.

Jika kamu pergi, mungkin aku tidak akan mati. Jantungku akan berdetak seperti seharusnya. Namun, ia tak akan semerdu ketika kita bersama. 

Keika kamu pergi,  mungkin tidak akan ada yang berubah, kecuali aku yang merindukanmu dan hidup dalam kekosongan tanpamu.

Selasa, 15 Maret 2016

Aku Hanya Akan Menikahi Orang Yang Aku Cintai

Begitu banyak musim yang telah kita lewati berdua. Kita bertemu dan saling mencintai. Membangun kerangka kokoh sebuah pondok cinta yang nanti akan kita tempati bersama, menghabiskan masa muda dalam mabuknya cinta, dan menjalani masa tua hingga kematian bersama. Seperti itu impian kita. Sederhana. Hanya ingin hidup  dengan cara mencintai dan dicintai.

Begitu banyak hari yang telah kita jalani. Merajut asa-asa yang berterbangan di antara rimbun ilalang. Kadang durinya menusuk telapak kaki kita berdua hingga berdarah. Namun masing-masing dari kita mempunyai penawarnya.

Aku memelukmu di bawah rimbun pepohonan yang terasa teduh ketika peluhmu mulai menghalangi kedua kelopak matamu. Kita berjuang sekeras ini, bukan untuk apa, bukan untuk siapa. Kita berjuang sekeras ini agar dapat bersatu dalam tangan Tuhan, karena hanya disanalah tempat teraman untuk kita.

Kadang bila terlalu lelah, kita hanya bisa terbaring di hamparan rumput hijau. Saling menggenggam dan membayangkan sebuah kehidupan, dimana hanya ada kau, aku, dan buah cinta kita berdua. Saat itu mata kita terpejam, jantung kita berdebar, dan bibir kita tersenyum.

Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai, walaupun itu berarti aku harus berdarah-darah dalam kebun ilalang setiap hari. Tak mengapa bagiku dibanding aku harus hidup dengan lubang besar di hati ini.

Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai, walaupun itu artinya aku harus siap menghemat udara yang aku hirup. Itu lebih baik bagiku dibandingkan aku harus menghabiskan sisa hidupku dengan orang yang tak pernah ada dalam hatiku.

Aku hanya ridho akan ucapan ijab waliku pada orang yang aku cintai. Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai. Aku hanya akan menikahi kamu. Kamu atau tidak sama sekali.

Selasa, 02 Februari 2016

Sehingga..

Untukmu yang selalu di sisi, meski tak selalu ku hiraukan dengan segenap jiwaku. Terimakasih karena selalu ada dalam keheningan yang seringkali tak bertuan, menyulam tanda tanya besar tentang abstraknya hidup di tahun yang akan datang.

Untukmu yang tak tak lelah menggenggam tangan yang tak setiap waktu ingin meraih ini. Terimakasih karena meski di persimpangan pun tak kau paksa aku mengikuti jalan yang kau mau..

Kekekalan kadang berbicara tentang waktu. Tentang yang bertahan di tengah kemusnahan. Tentang yang berteriak di tengah keheningan. Tentang hujan di tengah kemarau. Tentang kau di tengah kebimbangan. Tentang cerita kita di tengah dongeng dan sayembara.

Jauh sebelum kau ada, sebelum kita mengenal, sebelum ku cintai kau, sebelum kau cintai aku. Jauh sebelum waktu itu. Jauh sebelum hari ini. Ku harap Tuhan memang sudah menakdirkan aku sebagai pengisi kekosongan di rongga tulang rusukmu. Sehingga aku tak perlu lagi merasakan lelahnya menerka takdir. Sehingga aku tak perlu lagi merasakan pahitnya kehilangan.