Selasa, 15 Maret 2016

Aku Hanya Akan Menikahi Orang Yang Aku Cintai

Begitu banyak musim yang telah kita lewati berdua. Kita bertemu dan saling mencintai. Membangun kerangka kokoh sebuah pondok cinta yang nanti akan kita tempati bersama, menghabiskan masa muda dalam mabuknya cinta, dan menjalani masa tua hingga kematian bersama. Seperti itu impian kita. Sederhana. Hanya ingin hidup  dengan cara mencintai dan dicintai.

Begitu banyak hari yang telah kita jalani. Merajut asa-asa yang berterbangan di antara rimbun ilalang. Kadang durinya menusuk telapak kaki kita berdua hingga berdarah. Namun masing-masing dari kita mempunyai penawarnya.

Aku memelukmu di bawah rimbun pepohonan yang terasa teduh ketika peluhmu mulai menghalangi kedua kelopak matamu. Kita berjuang sekeras ini, bukan untuk apa, bukan untuk siapa. Kita berjuang sekeras ini agar dapat bersatu dalam tangan Tuhan, karena hanya disanalah tempat teraman untuk kita.

Kadang bila terlalu lelah, kita hanya bisa terbaring di hamparan rumput hijau. Saling menggenggam dan membayangkan sebuah kehidupan, dimana hanya ada kau, aku, dan buah cinta kita berdua. Saat itu mata kita terpejam, jantung kita berdebar, dan bibir kita tersenyum.

Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai, walaupun itu berarti aku harus berdarah-darah dalam kebun ilalang setiap hari. Tak mengapa bagiku dibanding aku harus hidup dengan lubang besar di hati ini.

Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai, walaupun itu artinya aku harus siap menghemat udara yang aku hirup. Itu lebih baik bagiku dibandingkan aku harus menghabiskan sisa hidupku dengan orang yang tak pernah ada dalam hatiku.

Aku hanya ridho akan ucapan ijab waliku pada orang yang aku cintai. Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai. Aku hanya akan menikahi kamu. Kamu atau tidak sama sekali.