Senin, 17 Februari 2014

30 Hari Menulis Surat Cinta #1 (The First Sight)

Ah, mungkin agak terlambat menuliskan ini untukmu. Lagi-lagi. Aku memang seringkali kehilangan ide menulis belakangan ini. Mungkin sifat melankolisku telah hilang shilang-hilangnya karena kesibukan dunia yang menguras waktu dan tenaga.

Hari ini, seperti biasa, di bulan ke sembilan kita bersama, aku tak lagi merasa sepi seperti dulu. Di bulan ke sembilan kita bersama, aku tak sedetikpun tak merasa rindu. Cinta memang candu.

Di bulan ke sembilan kita bersama, sejak pertemuan iseng yg sedikit direkayasa. Ingatkah kamu hari itu? Aku masih ingat betul, walaupun sejujurnya pertemuan itu bukan pertemuan istimewa bagiku saat itu.

Kita hanya bicara. Berhadapan. Dan aku suka mata coklatmu. Sama coklatnya dengan mataku.
Pandangan yang tegas. Bola mata orang asing pertama yang betul-betul berani menatpkau ketika kata-kata keluar dari mulutmu. Entah apa yang kita bicarakan saat itu. Aku tak begitu ingat karena terlalu sibuk membalas tatapanmu :)

Kita hanya bicara. Diatas perahu apung yang berjalan menyisiri tepian Sungai Kapuas. Berhadapan. Saat itu hari hujan, dan aku dengan ringannya menerima tawaran jaketmu. Dengan ringannya kuterima tawaran dari orang asing. Entah mengapa. Semua begitu ringan.

Kita hanya bicara. Berhadapan. Karena memang aku jarang sekali mau duduk bersampingan dengan lawan bicarakau. Aku lebih senang menatap mata orang saat berbicara. Aku suka menatap.

Kita hanya bicara. Dan sampai saat inipun kita senang berbicara. Hanya saja kini kita telah berbicara bersampingan. Bukan karena aku tak senang lagi menatam matamu. Namun karena kini aku lebih senang berbicara sambil menyandarkan kepala di bahumu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar